APA YANG KITA PILIH MENENTUKAN HASIL | AWAL SEMULA
Rd;-Perjalanan harus dimulai agar sampai ke
tujuan, jika tidak kapan kita akan sampai? Setelah 2016 lalu berkiprah di
ekstrakurikuler selama 3 tahun terakhir rasanya saya tidak ingin lagi berada
dalam organisasi sosial. Karena saya tahu bahwa kedepan saya akan membutuhkan
banyak hal untuk passion saya.
tetapi setelah di analisis kembali dan karena
satu dua hal saya memutuskan untuk terjun lagi, karena karya saya perlu wadah
dan tim untuk bertransformasi. Saya pikir ini pilihan baik berada di sana
dilingkungan mahasiswa yang beratmosfer jauh lebih idealis ketimbang masa 3
tahun sebelumnya di tengah desa.
Dengan proses 3 tahun lalu memberikan saya
bekal yang cukup matang meski berasal dari tengah desa, namun wawasan meluas ke
kota dan sekelilingnya. Haus pengetahuan dan informasi selalu menyelimuti diri
disetiap langkah kaki, ini lah salah satu alasan saya kembali. Tetapi bukan
pada tempat yang sama, melainkan pada tempat yang jauh lebih gila.
Waktu dua semester saya rasa sudah sangat
cukup untuk menganalisis budaya di lingkungan mahasiswa. Saya tidak ingin
terjun ke tempat yang salah, harus penuh pertimbangan dalam menentukan pilihan.
Karena saya tahu tiga tahun bukan waktu yang lama, jika saya gagal
mengembangkan karya apa jadinya ?
Saya memilih HMPM (Himpunan Mahasiswa Peduli
Masyarakat) bukan tanpa sebab dan alasan, karena saya butuh kendaraan yang
realistis untuk berjalan kedepan. Dari beberapa unit kegiatan mahasiswa yang
tersedia di kampus menurut saya HMPM yang paling bagus dari segi manajemen dan
produktif dalam melahirkan sumber daya manusia berkualitas.
Bagaimana tidak demikian, manajemen kadernya
saja terbagi dalam tiga bagian mulai dari anggota, pengurus sampai alumni.
Sudah sangat jelas kontribusi dan budaya yang mereka bangun dapat menumbuhkan
produktivitas UKM.
Saya justru heran dengan BEM sebagai kasta
tertinggi tetapi tidak terkonsep dengan baik, kaderisasi memang terus berlanjut
tetapi justru anehnya tidak ditemukan kualitas dari para kadernya. Padahal
sebagai kasta tertinggi dengan masa waktu kepengurusan yang hanya 1 sampai 2
tahun seharusnya lebih selektif dan berkompeten. Hal tersebut membuat saya
tidak tertarik sama sekali, entah mengapa seolah-olah sulit untuk
bertransformasi di sana.
Saya memulai perjalanan tahun 2017 dimasa rekrutmen
oleh pengurus tahun 2017/2018, di mana didalam sana berisi orang-orang yang
seangkatan. Saya mendarat di sana dengan beberapa orang terdekat yang saya
anggap bisa diajak berkontribusi dan membuahkan karya.
Pertama kali di sana ternyata jauh dari harapan,
banyak hal tak terduga saya jumpai termasuk budaya yang terjadi. Ternyata unit
kegiatan mahasiswa ini tidak memiliki sekretariat, padahal eksistensi mereka
sudah berjalan tiga tahun dengan beragam program kerja. Satu motivasi yang saya
ingat adalah sebuah kalimat yang ungkapkan dari salah satu alumni mereka sebut
saja namanya “Sinta” biasa di panggil ka Sinta.
“Jika berorganisasi kita berinteraksi dan
berkomunikasi dengan banyak orang maka akan membuka pikiran kita, sehingga akan
ada banyak pengetahuan, wawasan bahkan ide. Berbeda jika kita tidak berada
dilingkungan organisasi, pikiran kita tidak akan terbuka. Karena jarang sekali
berinteraksi dengan banyak orang” kurang
lebih demikian yang saya ingat, semoga tidak salah.
Setelah menetap dan resmi menjadi anggota,
otak saya langsung berjalan menelusuri berbagai bidang dan celah yang terasa
kosong. Karena latar belakang saya seorang alumni Multimedia tentu tidak jauh
dari pemanfaatan teknologi yang akan saya kontribusikan.
Setelah saya analisis, pertama saya menemukan
masalah pada pengarsipan berkas adminisitrasi. Karena tidak ada sekretariat
sehingga seluruh berkas dibebankan kepada sekretaris. Jadi, sekretaris yang
menjabat saat itu secara langsung juga bertanggung jawab atas keselamatan
berkas administrasi. Sehingga saya punya ide jika seluruh arsip di amankan
dalam sebuah akun pada platform google yaitu google drive. Jika sewaktu-waktu
akan digunakan dapat di akses di mana saja, jelas lebih fleksibel dan
transformasi ke zaman modern.
Kemudian kedua saya melihat unit kegiatan
mahasiswa ini cukup aktif dalam serangkaian program kerja, sehingga sangat
disayangkan sekali jika tidak diabadikan. Apalagi untuk masuk madia, untuk
online digital saja per kegiatan dapat menghabiskan 500.000;- sementara untuk
media cetak paling murah 300.000;-. Saya pikir membuat akun resmi sosial media
seperti salah satunya instagram jauh lebih efektif dan efisien untuk publikasi
kegiatan-kegiatan unit kegiatan mahasiswa, justru sejalan dengan sumber daya
manusia didalamnya untuk berkarya mentransformasikan budaya.
Saya sangat aktif dalam mengkritis kinerja
mereka selaku pengurus dan juga senior di atas saya. Salah satu yang sering
saya kritisi adalah Nindia selaku sekretaris pengurus dan juga orang pertama
yang saya kenal didalam tersebut, bahkan kita sering sekali berdebat soal
regulasi dan sederet program kerja.
Seiring berjalanya waktu masa jabatan mereka
habis dan regenarasi pun berlaku, hal yang sangat mengejutkan bagi saya ketika
mereka secara kompak merekomendasikan saya sebagai ketua untuk kepengurusan
baru. Hmmm. . . mungkin karena saya terlalu sering mengkritik, tetapi entah
juga kalo mereka punya sudut pandang lain.
Mengingat saya juga baru saja memasuki dunia
kerja pada akhir 2017 saya menolak rekomendasi tersebut dengan melayangkan
surah bahwa saya tidak siap. Saya juga tidak menghadiri saat pemungutan suara,
karena dikhawatirkan terdapat unsur pemaksaan ditengah proses tersebut.
Akhirnya saya diangkat menjadi wakil ketua
dari awalnya menduduki posisi sebagai koordinator humas, karena beberapa hal
dan juga pertimbangan saya terima permintaan tersebut. Akan tetapi saya tetap
memegang kendali bagian humas, karena memang tugas saya di sana belum selesai.
Saya membangun akun resmi Instagram, Youtube dan juga Blog. Saya mengajak
teman-teman untuk aktif membuat karya diketiga platform tersebut.
Walaupun tidak terjadwal dengan baik mereka
tetap aktif membuat karya saat kegiatan berjalan, sehingga setiap informasi
baik persiapan maupun pelaksanaan terekspos di jejak digital. Saya sangat
senang budaya baru ini bisa berjalan meskipun lambat, karena ini menjadi
pertama kalinya bagi unit kegiatan mahasiswa HMPM dan bahkan pertama kalinya
untuk seluruh organisasi mahasiswa di perguruan tinggi swasta ini.
Baca Juga
Posting Komentar